Tahun 1963 hingga 1968 menjadi masa di mana Perang Vietnam berubah dari konflik regional menjadi luka mendalam bagi dunia.
Setelah kejatuhan Ngo Dinh Diem, Amerika Serikat semakin dalam terjerumus ke dalam perang yang tampaknya tak berujung.
Dengan lebih dari setengah juta tentara dikerahkan, Washington yakin bahwa kekuatan militer mereka bisa memadamkan perlawanan komunis.
Namun, yang mereka hadapi bukanlah perang konvensional, melainkan perang gerilya yang tak mengenal garis depan.
Episode ini menggambarkan eskalasi perang yang brutal. Hutan-hutan Vietnam terbakar oleh napalm, tanahnya diracuni oleh Agent Orange, dan setiap desa bisa menjadi jebakan mematikan.
Meskipun AS mengerahkan persenjataan paling canggih, mereka tetap tidak bisa mengalahkan tekad pasukan Viet Cong dan Tentara Vietnam Utara.
Taktik perang asimetris, serangan mendadak, dan jaringan terowongan bawah tanah membuat AS semakin terperangkap dalam konflik yang tidak bisa mereka menangkan dengan strategi tradisional.
Serangan Tet Offensive pada tahun 1968 menjadi momen yang mengubah segalanya.
Amerika, yang selama ini percaya perang bisa dimenangkan, mulai kehilangan harapan.
Media menampilkan kenyataan perang secara bruta, mayat bergelimpangan di jalanan Saigon, kekejaman di kedua sisi, dan tentara AS yang mulai kehilangan semangat juang.
Protes anti-perang mengguncang Amerika, sementara Lyndon B. Johnson menghadapi dilema politik yang memaksanya mempertimbangkan langkah mundur.
Vietnam menjadi lebih dari sekadar medan tempur; ia menjadi cermin dari kegagalan strategi perang modern dan pertarungan antara propaganda serta kenyataan di lapangan.
Di tengah kepanikan dan kebrutalan, episode ini mengungkap bagaimana perang ini tidak hanya membakar Vietnam, tetapi juga merobek keyakinan dunia terhadap perang yang dianggap "dapat dimenangkan."
Berikut video ulasannya:
Perang Vietnam bukan lagi sekadar konflik, ia telah menjadi simbol dari keterpurukan, pengorbanan sia-sia, dan perang tanpa pemenang.
Komentar
Posting Komentar